Pages

Saturday, July 28, 2012

Traveling. Familytrip (Part II)


Day 1 230612

Perjalanan dimulai. Untuk menuju destinasi pertama kami, Kendal, kami melewati jalur tengah atau Subang. Perjalanan memakan waktu 12 jam. Kami sempat berhenti untuk sholat maghrib yang di jama’ dengan isya di suatu rest area di daerah Cirebon. Selesai sholat kami pun menyempatkan diri untuk mengisi perut dengan kopi dan pop mie. Sampai di Weleri, rumah nenek kami, jam menunjukkan pukul 00.30, bukannya istirahat adik laki-laki saya malah menonton bola. Ya, kami harus menyiapkan energi untuk hari hari berikutnya.
Sempat memotret senja di Subang
Adik terakhir saya, Amru
Day 2 240612

Perjalanan kali ini menuju Semarang. Berangkat pukul 9 pagi kami menuju Tembalang untuk menjemput kakak tertua saya yang kos disana. Berangkat dengan 2 mobil. Mobil kia Sedona komposisinya masih sama dengan hari kemarin. Sedangkan mobil kia picanto yang sudah didatangkan 2 hari sebelumnya terisi oleh Om, Kakek, Nenek, dan satu adik sepupu saya. Selesai di Semarang, kami menuju Demak. Tujuan akhir perjalanan kali ini adalah Kota Surabaya. Kami memilih jalur utara, karena selain traveling, orangtua saya berniat mengenalkan kepada saya dan keluarga lainnya jalur islamisasi. Di Demak kami berhenti di Masjid Agung Demak dan melihat sekitar selama beberapa saat. Bangunan masjid ini belum berubah dari pertama dibangun, meski sudah ada beberapa pengembangan di sekitar masjid. Saat kami tiba disana azan dzuhur belum berkumandang tetapi di masjid tersebut sedang berlangsung suatu acara, pengajian mungkin. Di samping masjid ada sebuah museum. Sayang, saat itu museum tidak dibuka untuk umum. Di sekitar tempat parker juga banyak pedagang. Yang dijualnya pun khas, seperti tasbih, dan barang lain yang identik dengan islamisasi dulu. Di depan masjid terdapat alun-alun, mungkin milik Kota Demak tersebut.
Masjid Agung Demak
Ini MIRIS (lihat tulisan)
Ada miniatur kapal, menggambarkan bahwa islamisasi masuk lewat pesisir
Jual oleh-oleh khas, Abbas tiba tiba kuat menjatuhkan tasbih segede itu. Haha XD
Perjalanan dilanjutkan. Perut pun sudah berbunyi. Dengan rekomendasi dari temen ayah, kami memberhentikan kendaraan di RM Sarirasa, Kudus. Disitu terkenal dengan garang asamnya. Kami memesan garang asam ayam. Garang asam adalah sejenis makanan seperti pepes ayam tapi berkuah. Satu porsi memuat beberapa potong ayam kampung. Rasa kuahnya sedikit asam karena dipenuhi belimbing wuluh. Sedikit pedas dan sangat nikmat jika dimakan selagi panas. Segar ! dan sedap tentunya :) Kudus merupakan asal salah satu sunan, Sunan Muria.

Kali ini kami melewati Kota Rembang di sore hari. Jalan raya berada persis di samping laut.
Yap ini dia pemandangan di jalan raya yang mempesona.
Laut tepat di sebelah jalan raya.

Bisa dibayangkan betapa indahnya suasana jalan raya ini. Kami melewati beberapa tempat peninggalan Sunan Bonang. Akhirnya, batas antara Jawa Tengah dan Jawa Timur telah dilewati. Welcome Jawa Timur ! Mobil tetap melaju, hari pun mulai gelap. Kami tiba di Babat, Lamongan pada pukul 11 p.m. kurang lebih. Berhenti di salah satu jejeran pedagang makanan. Ya, kami makan di tengah malam agar tidak kelaparan sampai besok. Tiba di Surabaya kira kira pukul 12 p.m. Tadinya ayah hanya memesan 2 kamar di Hotel V3 melalui pemesanan online –beliau sudah merencanakan dengan detail untuk perjalanan kali ini-. Tapi karena sudah kemalaman dan tidak mungkin menginap di rumah Om kami yang ada di kota itu, akhirnya terpesan 3 kamar. Tanpa mampu berbuat apa lagi, kami langsung melepas lelah diatas kasur. Hotel V3 merupakan singkatan dari Veni Vidi Vici sebuah semboyan yang sangat terkenal. Pertama melewati hotel, kami terkejut dan sedikit cemas. Karena disitu terdapat spanduk bertuliskan kurang lebih begini “Hotel V3 hotel mesum, blab la bla”. Setelah mengobrol dengan satpam disitu, akhirnya kami tahu, bahwa pihak hotel sempat bersengketa dengan warga mengenai masalah tanah. Jadi wajar ada beberapa warga yang berontak dan melakukan hal itu. Tapi untuk kebenaran nyatanya silahkan selidiki sendiri. Hotel ini terletak di pemukiman orang Tionghoa. Toh, pada hari kedua kami disitu, spanduk itu sudah dilepas.

Day 3 250612

Tujuan hari ini kami ingin mengenal Kota Surabaya. Pertama kami berkunjung ke rumah salah satu kerabat, yaitu Om Indra yang kebetulan menyetir mobil Kia Picanto. Sarapan terlebih dahulu di restoran hotel dan bersantai sedikit. Di perjalanan kami melewati salah satu makam pahlawan, makam W.R. Supratman, yang membuat lagu kebangsaan Indonesia Raya. Bahkan makamnya saja muncul di satelit GPS yang sangat membantu perjalanan kami. Rumah om Indra berada di daerah dekat pantai. Menghabiskan waktu di rumahnya, selagi menunggu beliau pulang kantor. Om Indra pulang dengan membawa suatu makanan yang dinamai Lontong Balapan. Mengapa dinamai Lontong balapan? Apa yang membedakan dengan lontong biasa? Menurut penjelasan om saya, dinamai begitu karena dahulu para pedagang balap-balapan jualan lontong di alun-alun setiap pagi. Lontong ini berkuah, dan ditambah sate kerang. Enak kok :)
A gift from my aunt :) So sweet kan (ini rainbow cake)
Berhubung istri Om Indra membuka butik online, tentu banyak barang dagangan di rumahnya. Lu’lu’ dan kakak saya, mbak Fath langsung tertarik membuka dagangannya. Tetapi akhir-akhirnya adanya untuk ukuran saya, sehingga akhirnya yang membeli baju itu saya. Ya emang rezeki kan berarti hehe. Lu’lu’ juga membeli sebuah rok jins. Sedangkan saya membeli baju kelelawar berwarna pink dan sejenis gamis jins dengan cardigan putih. Rencana kami selanjutnya adalah jembatan SURAMADU! Konon jembatan itu bisa berubah warna di malam hari. Dan sangat indah tentunya!
Unyu banget engga sih, Si Picanto melaju ditengah indahnya malam di Suramadu.

Mampir sebentar di ITC Surabaya. Lalu kami menuju kampong arab yang dari kemarin sudah di promosikan oleh Om Indra. Memasuki suatu gang kecil, lalu kami langsung disambut jejeran pedagang oleh-oleh haji dan lainnya yang berbau arab. Auf dan Amru membeli peci. Sungguh, adik saya lucu sekaliiii :3 Sedangkan Lu’lu’ membeli pacar kuku. Gang berisi jejeran pedagang ini berujung ke gerbang Masjid Sunan Ampel. Kami tiba disana saat malam hari.
Ini sipit apa ngantuk ya? Yang jelas Amru tetap lucu dengan peci barunya itu.

Banyak orang yang bertakziah ke makam Sunan Ampel, salah satu wali songo tersebut. Selanjutnya kami melihat makam Mbah Bolong. Dikenal Mbah Bolong konon katanya saat menentukan arah kiblat, ia menunjuk ke suatu tembok berlubang dan terlihat ka’bah di lubang tersebut. Wah wah ada ada saja ya. Selanjutnya kami dipandu ke makam Mbah Sholeh. Apa istimewanya? Terdapat satu makam utama dan 10 makam kecil lainnya yang berjejer dalam satu pagar. Konon ada seorang sholeh yang bernama Mbah Sholeh yang rajin membersihkan masjid. Ketika ia sudah meninggal, muncul orang yang sama persis muka dan sifatnya dengannya, bahkan dianggap seperti mati suri. Begitu seterusnya hingga ada 10 orang.
Makam Sunan Ampel
Puas berkeliling –dan sedikit salah kostum- kami melanjutkan perjalanan. Berhenti di pinggir jalan untuk mencicipi sate Surabaya. Dan adik adik saya pun merengek minta dibelikan kebab. Entah kebiasaan atau budaya, banyak sekali pengemis pada malam hari itu. Sekitar 40 menit disitu, kurang lebih 4 pengemis datang bergantian. Tak apa, karena itu kesempatan untuk berbagi, cumin risih ga sih didatangi seperti itu? Bahkan penampilan mereka pun tidak terlihat seperti orang tak mampu -__-

Akhirnya perjalanan sesungguhnya dimulai! Menyebrangi jembatan Suramadu J Sumpah, pada malam hari ini jembatan terlihat sangat amazing. Sayangnya saya tertidur saat itu L Tapi ada foto kenangannya koook. Adik saya sempat membeli baju batik tulis disana. Selesainya kami kembali ke hotel V3 tempat kami menginap.

Day 4 260612

Berberes di pagi hari kemudian kami check-out pada sekitar pukul 08.30 WIB. Sedona yang sudah dipakai selama 4 hari ini ternyata minta dibersihkan. Selagi menunggu Sedona kembali mengilap kami memesan soto ayam didekat bengkel tersebut. Om Indra mengatakan inilah soto Lamongan. Ya tak jauh beda dengan soto ayam biasa ternyata. Haha. Selesai makan dan mencuci mobil kami melanjutkan perjalanan menuju ddestinasi berikutnya yaitu Malang. Selain bertujuan untuk mengenal Jawa Timur dan jalur Islamisasi, orangtua saya juga bertujuan mengenalkan beberapa kampus untuk saya, karena tahun depan saya akan mulai kuliah. Amin. Kami melewati ITS dan UNAIR. Lalu perjalanan pun dilanjutkan. Perjalanan selanjutnya melewati Sidoarjo. Apa sih yang terbayang ketika mendengar kata ini? Ya, lumpur Lapindo. Ayah saya sengaja ingin memperlihatkan salah satu tragedy alam ini ke kami semua. Dengan menaiki undakan, kami melewati tanggul lumpur. Sampai diatas, tak ada pemandangan lain selain hamparan lumpur. Katanya luas luapan lumpur ini telah mencapai 1200 ha dan menenggelamkan 3 kecamatan. Wah. Lumpur ini terlihat padat tetapi ketka dicoba, ternyata batu saja tercemplung. Kami beruntung lewat sini ketika lumpur tidak panas dan meledak. Katanya jika lumpur ini sedang kambuh, api pun bisa muncul di jalan raya. Mengerikan.
Asap lumpur lapindo, terlihat indah padahal ini bencana alam.
Keluarga saya :) Serasa di tempat wisata.

Pada pukul 2 siang kami sampai di lingkungan kebun teh Wisata Agro Wonosari. Mengambil kunci rumah berisi 4 kamar itu. Lalu dilanjutkan makan siang di Restorannya. Wisata Agro ini berada di Lawang, bukan pusat kota Malang.
Asri banget lingkungannya, mirip mirip puncak.
woman in my fam, enjoy MALANG :)
Rumah tempat kami bermalam. Berada di tengah kebun teh, dan sejuk tentunya.
Oleh karena itu pada sore harinya kami berniat menjelajahi Kota Malang. Tujuan pertama, masih seperti sebelumnya, kami menuju UB (Universitas Brawijaya). Hanya berkeliling melihat beberapa fakultas. Ketika azan maghrib berkumandang, kami meninggalkan kampus tersebut.

UB di kala senja
 Selanjutnya Om saya merekomendasikan Republik Telo untuk didatangi. Disitu terdapat berbagai produk dari bahan dasar telo. Seperti es krim, bakpao, brownies, mie, dll. Dijual juga telo asli, sejenis umbi manis.

Anak anak ini pastinya suka eskrim. So do me :)
 Kami sendiri mencoba es krimnya. Tidak terasa telonya karena sudah diberi berbagai perasa. Produk yang dijual pun tak hanya telo, tapi banyak oleh-oleh khas Malang, seperti keripik apel, keripik tempe, dll. Tempat ini juga lumayan untuk didatangi kok J
 
Jus telo dan Brownies telo. Menggiurkan engga sih ._. 
Kami membeli yang ini sebagai bekal untuk perjalanan esoknya.
Kembali ke penginapan, kami sudah disambut oleh makan malam yang telah disiapkan. Makan dengan lahap, lalu kami segera beristirahat. Karena kami akan ke Bromo besok diniharinya.

No comments:

Post a Comment