Hal biasa memang. Sudah kali keempat gue nonton LPJ semacam itu.
Pertama jadi audience, Kedua jadi Seksi dokum di MPS, Ketiga jadi dokum di MPS -lagi-, dan kemarin yang keemapt itu gue jadi 'objek'nya. Jelas beda rasanya. Ga peduli gue mau di tolak mau di terima. Apa bedanya? Itu hanya status. Toh yang sudah ditolak takkan pernah berubah menjadi di terima. Apa yang sudah terjadi takkan pernah bisa diulang. Itu hanya pertanggung jawaban, yang tak usah di buat buat alasannya. Apa bedanya dengan nanti yang di akhirat?
Ini hanya sekadar latihan. Kita harus belajar. Termasuk belajar dari kesalahan. Sebenarnya di dunia ini juga tidak ada yang salah, hanya terpeleset dan keliru sedikit. Semua orang tentunya merasakan.
Ya, itu semua sudah berakhir, mereka -MPS- boleh nolak kita (OSIS), yang jelas kita sudah melaksanakan semua program kerja dengan semaksimal mungkin. Apalah orang katakan, mereka takkan pernah tau yang sebenarnya, karena bukan mereka yang merasakan dan menjalani. As Retas said.
Kalau boleh dibilang, gue cukup beruntung karena gue dikasih kesempatan untuk merasakan gimana rasanya jadi OSIS dan jadi MPS. Tak jauh berbeda, semua memiliki peran dan konstribusinya masing masing. Ya, secara kasar bisa dibilang dulu gue nolak sekarang gue ditolak. Gimana rasanya dulu cuma ngawas doang, sok ngasih nasehat, dll, dan sekarang gue terjun langsung ke inti OSISnya. Dan gue bersyukur dengan segalanya. Dulu gue sempet ragu mau tetep di MPS apa masuk ke OSIS seperti yang ditawarin Kefin. Tapi, inilah jalan hidup gue. Mungkin kalau ga ke OSIS, gue ga bakal jadi kaya gini. Ya intinya, inilah hidup gue.
Tapi, di akhir acara, gue nangis. Bukan, bukan karena beneran ditolak. Acara kali ini, hampir bisa dikatakan jauh dari sempurna. Kakak kelas banyak yang menghujat. Sedikit kacau memang, tapi ini juga bukan salah MPS nya. Ya, gue sedikit ironi aja, rata-rata MPS adalah mitra kerja gue dulu. Semangat guys :) Masih ada satu LPJ lagi, dan berikutnya harus sukses. LPJ harus diterima, seenggaknya gue cukup DO MY BEST !